Bencilah sesuatu sewajarnya, cinatilah sesuatu secukupnya.

23 Januari 2023

Seorang politikus asal Swiss, Rasmus Paludan, membakar Alquran di depan Kedutaan Turki. Tindakan ekstremnya ini tidak mendapat kecaman atau larangan dari polisi setempat yang melihat kejadian tersebut.

Semoga Allah memberinya hidayah, karena tahukah sobat muslim, ada 5 pembenci islam di dunia modern saat ini yang kemudian mendapatkan hidayah, bahkan mereka menyesal telah menyerang agama islam. Siapakh mereka ? berikut 5 orang tersebut ;

Pertama:

Produser film yang melecehkan Nabi saw, yaitu Arnod Van Dorn, wakil ketua sebuah partai di Belanda. Partai ini beraliran ekstrem kanan yang sangat memusuhi Islam dan anti Muslim.

Pada tahun 2013, dia menulis di Twitternya dengan bahasa Arab: اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدا رسول الله

Kemudian dia pergi ke Mekah dan Madinah. Di depan makam Nabi saw, dia berdiri sambil menangis dan meminta maaf kepada Nabi saw seraya menyesali perbuatannya. Ia mengatan: “Saya akan membuat film untuk mengagungkan Rasulullah saw”. Kemudian dia berdiri di tempat pengambilan film meminta maaf kepada Nabi saw dan umat Islam. Ia masih terus menyampaikan permintaan maafnya dalam setiap kesempatan.

Kedua:

Bablir Singh, seorang penganut Hindu radikal. Ia menjadi ekstremis pertama yang memanjat puncak kubah “Masjid Babri”, masjid terpenting di India, sambil membawa kampak lalu menghancurkannya.

Ia menyimpan bagian dari reruntuhan kubah itu karena kebencian dan dendamnya kepada Islam dan kaum muslimin.

Kemudian Allah melapangkan dadanya untuk menerima Islam hingga keimanan pun menyentuh kedalaman hatinya.

Setelah masuk Islam, ia berucap: “Saya akan menebus dosaku dengan membangun dan merenovasi 100 masjid”.

Sampai sekarang sudah 90 masjid lebih yang dibangunnya untuk kaum muslimin di India dan dia menjadi dai penting yang mengajak manusia kepada Islam.

Hingga sekarang ia masih berusaha untuk melengkapi angka 100 pembangunan masjid yang dinadzarkannya.

Ketiga:

Paul Kennedy.

Tokoh pendeta dan anak seorang tokoh pendeta. Ia memimpin sejumlah missi untuk menyebarkan agama Kristen di Afrika dan melatih para missionaris untuk menyebarkan agama Kristen.

“Vatikan” menugasinya untuk mengunjungi 15 negara Afrika dengan anggaran terbuka (tak terbatas) untuk menghadapi fenomena tersebarnya Islam di Afrika.

Allah melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Setelah masuk Islam, ia kehilangan villa, mobil dan hartanya. Mereka mengusirnya dengan senjata untuk membunuhnya hingga ia melarikan diri hanya menggunakan pakaian dalamnya. Tetapi Allah menyelamatkannya dari upaya pembunuhan.

Sekarang ia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain untuk menyebarkan Islam. Ia menuturkan: “Dalam kunjungan terakhir, saya mengislamkan 800 orang. Saya akan mengajak manusia kepada Islam di negara-negara yang pernah saya jadikan objek penyebaran Kristen”.

Keempat:

Yuram Van Clafirn.

Orang kedua dalam partai kanan radikal. Ia pernah menjadi ketua perlombaan pembuatan karikatur yang melecehkan Islam dan Nabi saw. Dialah yang memutuskan penulisan buku yang menjadi “bom” di tengah kaum muslimin. Buku ini ditulis untuk melecehkan Islam dan Nabi saw.

Sebelum menyelesaikan bukunya, ia mendapat hidayah Islam.

Dengan kekuasaan Allah yang Maha Pemberi hidayah, bukunya berubah judul menjadi “Murtad Dari Kristen Ke Islam di Zaman Global Dan Terorisme”. Ia mengatakan: “Selama ini informasi tentang Islam yang saya terima itu salah”.

Kelima:

Danial Straish.

Musuh Islam terbesar di Swiss. Salah seorang pegiat kampanye anti pembangunan menara masjid. Dialah yang menebar issu bahwa Islam dan terorisme adalah dua sisi mata uang. Kampanyenya berakhir dengan “Larangan Islamisasi Swiss” melalui referendum.

Kebenciannya kepada Islam mendorongnya untuk membaca sebagian buku kaum muslimin dan tafsir al-Quran. Tetapi pada akhirnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Setelah masuk Islam, ia mengatakan: “Saya malu kepada diriku sendiri karena telah memusuhi Islam. Padahl Islam memberiku jawaban-jawaban logis terhadap pertanyaan-pertanyaan penting tentang kehidupan yang tidak saya temukan dalam Kristen.”

Sekarang ia ikut mendirikan Partai Demokrasi Konservatif yang baru di Canton Freeberg dan menjadi penentang kuat terhadap “Larangan Menara Adzan di Swiss”.

Fenomena ini membuktikan kebenaran sabda Nabi saw:

تَجِدُونَ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ أَشَدَّهُمْ كَرَاهِيَةً لِهَذَا الشَّأْنِ حَتَّى يَقَعَ فِيهِ

“Kalian akan mendapatkan sebaik-baik manusia adalah orang yang sebelumnya sangat benci kepada urusan ini (Islam) hingga ia jatuh ke dalamnya”. (Musnad Ahmad 9044)

Itulah Islam. Agama ini dari dulu hingga kapan pun mampu menarik musuh-musihnya untuk menjadi pembelanya yang paling kuat dan mampu menarik jutaan kaum muslimin baru di seluruh dunia. Ini karena Islam adalah agama kebebaran, agama fitrah, dan agama akhlak yang tinggi. Firman Allah:

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِ سْلَا مِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِ يْنَ

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”
(QS. Ali ‘Imran: 85)

سَنُرِ يْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fussilat: 53)

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِ سْلَا مِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَ نَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al-An’am: 125)

Ya Allah menangkan agama-Mu dan jadikan kami sebagai para prajurit yang mengajak manusia kepadanya.

Source : FB Ulis Tofa

MEMAHAMI SEBAGAI KESEPAHAMAN GADAMER DAN HERMENEUTIK FILOSOFIS

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana di PTIQ Jakarta

Ganjar Muharom

MEMAHAMI SEBAGAI KESEPAHAMAN GADAMER DAN HERMENEUTIK FILOSOFIS

            Hans-Georg Gadamer adalah salah seorang mahasiswa Heidegger yang di semester musim panas tahun 1923 ikut mendengarkan kuliah Heidegger tentang hermeneutik faktisitas. Dari seorang mahasiswa hingga menjadi seorang guru bagi Emilio Betti, Leo Strauss, Jűrgen Habermas, Jacques Derrida, dan Richard Rorty. Pemikirannya merupakan “sumbangan untuk peralihan hermeneutis di dalam filsafat dan ilmu-ilmu kemanusiaan yang bergerak melampaui pengaruh langsung karyanya.” [1]Menurut Robert J. Dostal. Diantara buah tangan Gadamer adalah Wahrheit und Methode (Kebenaran dan Metode, 1960).

            Hermeneutikus ini lahir di Marburg pada tanggal 11 Februari 1900 dari sebuah keluarga kelas menengah Jerman yang memiliki karir akademis yang tinggi. Ayahnya adalah seorang professor dan peneliti di bidang ilmu kimia. Dia sangat memuja ilmu-ilmu alam dan meremehkan para professor Schwatzprofessore (para professor gossip), maka berharap agar anaknya tidak masuk filsafat atau ilmu-ilmu kemanusiaan. Kehidupan keluarga Gadamer tidak diwarnai iman Kristiani, meskipun mereka mengaku Protestan. Gadamer masuk studi kesusastraan, sejarah seni, psikologi dan filsafat di Universitas Breslau (kini Worclaw di Polandia) pada awal tahun 1918, kota asal keluarganya dan juga kota kelahiran Schleirmacher.

            Untuk membahas tentang hermeneutik filosofis Gadamer kita harus merujuk kembali karya besarnya Wahrheit und Methode. Pemikiran-pemikirannya mengenai estetika, ilmu-ilmu sosial kemanusiaan, hermeneutik dan hal-hal lain yang melibatkan pemahaman. Schleiermacher, Dilthey dan Heidegger dikenal sebagai pemikir hemeneutik, tetapi Gadamer karena magnum opus-nya itu, dikenal sebagai sang filsuf hermeneutik. Karena Gadamer berupaya menghidupkan kembali diskusi dengan hermeneutik ilmu-ilmu sosial-kemasyarakatan.

            Selain itu, Gadamer juga mempunyai proyek membebaskan hermeneutik dari batas-batas estetis dan metodologis dari Schleiermacher dan Dilthey baik seni ataupun metode, melainkan sebagai kemampuan universal manusia untuk memahami. Oleh sebab itu, hermeneutik Gadamer disebut sebagai hemeneutik filosofis (Philosophische Hermeneutik). Untuk hal itu dia banyak belajar dari hermeneutik faktisitas Heidegger yang telah berhasil menjangkarkan konsep memahami di dalam dimensi eksistensial manusia. Namun Gadamer tidak berhenti dengan dimensi eksistensial ini, melainkan mencoba menghubungkannya dengan dimensi sosial, sehingga memahami berarti juga “saling memahami” (Sichverstehen) yang juga memiliki arti kesepahaman (Einverständnis).[2]

            Di antara teori yang disampaikan Gadamer dalam menguatkan pendapatnya yaitu: pertama, prasangka hermeneutik. Yang dimaksud dengan prasangka hermeneutik adalah bahwa dalam membaca dan memahami sebuah teks harus dilakukan secara teliti dan kritis. Sebab sebuah teks yang tidak diteliti dan diintegrasi secara kritis tidak menutup kemungkinan besar sebuah teks akan menjajah kesadaran kognitif kita. Tetapi adalah hal yang tidak mudah bagi seseorang untuk memperoleh data yang akurat mengenai asal usul sebuah teks dan cenderung menerima sumber otoritas tanpa argumentasi kritis.[3]

            Kedua, lingkaran hermeneutika. Prasangka hermeneutik bagi Gadamer nampaknya baru merupakan tangga awal untuk dapat memahami sebuah teks secara kritis. Ia sebetulnya hendak menekankan perlunya “mengerti”. Bagi Gadamer mengerti merupakan proses yang melingkar. Untuk mencapai pengertian, maka seseorang harus memiliki prapengertian tentang teks tersebut. Jika tidak, maka tidak mungkin akan memperoleh pengertian tentang teks tersebut. Tetapi di lain pihak dengan membaca teks itu prapengertian terwujud menjadi pengertian yang sungguh-sungguh. Proses ini oleh Gadamer disebut dengan the hermeneutical circle (lingkaran hermeneutika).[4]

            Ketiga, aku-engkau menjadi kami. Menurut Gadamer sebuah dialog seperti dialog kita dengan teks akan dipandang sebagai dialog yang produktif jika formulasi subjek-objek aku-engkau telah hilang dan digantikan dengan kami.[5] Sebetulnya pemahaman itu tidak hanya sampai di situ, karena kesadaran subjek yang dari aku-engkau menjadi kami hilang melebur pada substansi yang didialogkan. Ibarat pemain bola, yang bisa diperoleh secara benar dan autentik ketika yang bersangkutan mengalami sendiri serta lebur di dalam peristiwa permainan yang sehat dan ideal di mana pemain, wasit, penonton meninggalkan identitas “keakuannya” dan semuanya tertuju pada kualitas dan seni permainan itu sendiri.

            Keempat, hermeneutika dialektis. Gadamer menegaskan bahwa setiap pemahaman kita senantiasa merupakan suatu yang bersifat historis, peristiwa dialektis dan peristiwa kebahasaan. Karena itu, terbuka kemungkinan terciptanya hermeneutika yang lebih luas. Hermeneutika adalah ontologi dan fenomenologi pemahaman. Kunci bagi pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan, bukan manipulasi dan pengendalian. Lebih lanjut menurut Gadamer, hermeneutika berkaitan dengan pengalaman bukan hanya pengetahuan, berkaitan dengan dialektika bukan metodologi. Metode dipandangnya bukan merupakan suatu jalan untuk mencapai suatu kebenaran. Kebenaran akan mengelak kalau menggunakan metodologi. Gadamer memperlihatkan bahwa dialektika sebagai suatu sarana untuk melampaui kecenderungan metode memprastrukturkan kegiatan ilmiah seorang peneliti. Metode menurut Gadamer tidak mampu mengimplisitkan kebenaran yang sudah implisit di dalam metode. Hermeneutika dialektis membimbing manusia untuk menyingkap hakekat kebenaran, serta menemukan hakekat realitas segala sesuatu secara sebenarnya.

Daftar Pustaka

Dostal, Robert J. The Cambridge Companion to Gadamer, Cambridge: Cambridge University Press, 2000.

Grondin, Jean. Einfūhrung zu Gadamer, Tūbingen: Mohr Siebeck, 2000.

Hardiman, F. Budi. Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius, 2015.

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik.  Jakarta: Paramadina, 1996.

——-. Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1998.

Kau, A.P. Sofyan. “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir,” dalam

Jurnal Farabi, Vol. 3 No. 2 Tahun 2014.

M.S, Kaelan. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Pardigma, 1998.


[1] Robert J. Dostal, The Cambridge Companion to Gadamer, Cambridge: Cambridge University Press, 2000, hal. 14.

                [2]Jean Grondin, Einfūhrung zu Gadamer, Tūbingen: Mohr Siebeck, 2000, hal. 8.

[3]Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1998, hal. 117.

[4] Kaelan M.S, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Yogyakarta: Paradigma, 1998, hal. 208.

[5]Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1996, hal. 126.

KH. Ahmad Sanusi

Ahmad Sanusi atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Ahmad Sanusi atau Ajengan Cantayan atau Ajengan Genteng atau Ajengan Gunungpuyuh (lahir 18 September 1888 di Desa Cantayan, Under Distrik Cikembar, Distrik Cibadak, Under Afdeling Sukabumi – meninggal tahun 1950 di Sukabumi pada tanggal 31 Juli 1950 (dalam usia 62 tahun) adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Ia juga pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum, Sukabumi.Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.Sebagai putera seorang ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para santri Senior|senior di pesantren ayahnya.

Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, Baros, Sukabumi. Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman. Ia belajar di Mekah selama tujuh tahun.Disana Kiai Sanusi mendapat gelar imam besar Masjidil Haram.ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi (Melayu)

Pada tahun 1915, sepulang belajar dari Mekah, Kiai Sanusi kembali ke Indonesia untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan. Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung Genteng, sebelah utara desa Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng.Pesantrennya tersebut ia beri nama Pondok Pesantren Babakan Sirna Genteng.
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari Syeikh Muhammad ‘Abduh, Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, dan Jamaluddin al-Afghani, melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di Mesir, sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti mazhab Syafi’i sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid.Bahkan dalam bidang ilmu fikih yang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum Islam

Dalam bidang ilmu al-Qur’an, Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur’an, yaitu:

Berkaitan dengan keimanan dan kebebasan beragama dalam memilih dan menjalankan ketentuan-ketentuan agama
Berkaitan dengan rumah tangga dan pergaulannya seperti pernikahan dan perceraian, keturunan dan kewarisan
Berkaitan dengan prinsip kerjasama antarsesama umat manusia seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan lain-lain
Berkaitan dengan pemeliharaan kehidupan, yaitu berupa peraturan pidana dan perdata untuk menghukum di antara sesama manusia yang melakukan kesalahan
Sebagai tokoh pahlawan bangsa untuk mengenang beliau dijadikanlah nama jalan yang ada di Sukabumi, yaitu jln raya KH Ahmad sanusi

Islam Membuat Manusia Mundur ?

MUNDUR KE BELAKANG MANA YANG ANDA MAKSUDKAN?,,

Suatu ketika, sesorang bertanya kepada Dr. Muhammad Imarah dengan pertanyaan yang sedikit mengejek dan mengolok:

“Saya dengar, Anda ingin sekali syariah Islam ini diterapkan, apakah Anda ingin membawa kami mundur ke belakang?”

Mendapatkan pertanyaan bernada merendahkan itu, beliau pun menjawab dengan balik bertanya:

“Ke belakang yang mana maksud Anda?
Apakah belakang yang anda maksud adalah 100 tahun yang lalu, saat Islam menguasai separuh dunia selama 500 tahun?

Atau maksud anda lebih jauh lagi ke belakang saat dimana Dinasti Mamalik (Mamluk) menyelamatkan dunia dari ganasnya serbuan Mongol dan Tartar?

Atau lebih jauh lagi ke belakang saat Dinasti Abbasiyyah menguasai separuh dunia?

Atau ke belakang sebelumnya, di masa Dinasti Umayyah, atau sebelumnya lagi saat Umar bin Khatab menguasai banyak kawasan di dunia ini?

Atau di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, saat beliau mengirim surat ke penguasa Imperium Romawi kala itu, Naqfur, beliau menulis:
“Dari Harun Ar-Rasyid Amirul mukminin, kepada Naqfur guguk Romawi (كلب الروم)”

Atau ke belakang saat Abdurrahman ad-Dakhil bersama pasukannya berhasil menaklukkan Italia dan Prancis? Itu jika dalam bidang politik.

Atau maksudmu ke belakang adalah dalam bidang keilmuan, ketika ulama Arab seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Alkhawarizmi, Ibnu Jabir, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun dll, mengajarkan dunia Arab dan dunia barat tentang ilmu kedokteran, farmasi, arsitektur, falak dan sastra?

Atau ke belakang maksudmu dalam hal kehormatan? Ketika seorang Yahudi kafir mengerjai seorang muslimah hingga terlepas baju abayanya sampai ia berteriak histeris, maka Khalifah Al Mu’tashim mengirim pasukan untuk membalas apa yang dia lakukan dan mengusir orang Yahudi dari negaranya. Sementara hari ini, para muslimah diperkosa sedangkan pemimpin negeri muslim hanya diam tak bisa berbuat apa-apa?

Atau ke belakang maksudmu saat kaum muslimin membangun universitas pertama di Spanyol yang menggemparkan Eropa kala itu, sehingga sejak itu, pakaian jubah longgar besar dari Arab itu menjadi pakaian wisuda hampir semua universitas dunia? Dan dibagian atasnya ada topi yang datar dimana dahulu dijadikan tempat meletakkan Al Qur’an saat acara wisuda?

Atau maksudmu ke belakang, saat Kairo menjadi kota paling indah di dunia?

Atau ketika 1 Dinar Iraq setara dengan 483 dolar?

Atau maksudmu ke belakang, saat orang-orang melarikan diri dari Eropa yang dilanda kemiskinan dan pergi menyelamatkan diri menuju Aleksandria (di Mesir), atau ketika Amerika meminta bantuan Mesir untuk menyelamatkan Eropa dari kelaparan?

Tolong beritahukan padaku, mundur ke belakang mana yang kamu maksudkan??”

Dan si penanya hanya bisa diam, membisu tak tahu apa yang mau diucapkan.

Alih bahasa oleh : Ahmad Budiman, Lc

Tuturan Kisah ALQURAN Yang Indah

Oleh: Kyai M Afifudin Dimyathi

Ayat-ayat al Quran selalu menarik untuk dikaji. Ayat-ayat yang menerangkan sebuah tema dalam al Quran biasanya tidak diturunkan secara bersamaan, tapi meskipun demikian, kita masih bisa menangkap dan memahami tema itu secara menyeluruh dengan cara yang beraneka macam berdasarkan khazanah keilmuan al Quran.

Diantara cara yang membantu memahami pesan dan tema dalam al Quran secara menyeluruh adalah dengan cara mengurutkan ayat-ayat tersebut secara kronologis turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari situ kita akan merasakan bahwa al Quran adalah sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan satu sama lain, karena ayat-ayatnya saling berhubungan.

Contohnya bisa kita lihat dalam kisah permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya. Jika ayat-ayat yang terkait dengan hal ini kita urutkan, maka akan tercapai pemahaman yang jelas dan terang tentang kejadian tersebut.

Pertama: Diawali dengan “janji” Ibrahim, bahwa beliau akan memohonkan ampun untuk ayahnya, ini diterangkan dalam ayat yang pertama kali turun terkait kejadian tsb, yaitu QS. Maryam: 47, sbb:

قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّا
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku

Kedua: Karena hal itu adalah “janji”, maka Nabi Ibrahim memenuhi janjinya, karena tidak boleh seorang Nabi mengingkari “janji”, permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya dipenuhinya sebagaimana ayat kedua yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. As Syuara’: 86, sbb:

وَٱغْفِرْ لِأَبِىٓ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ
dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat.

Ketiga: Allah menjelaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim ada suri tauladan yang baik bagi umat Islam ketika berinteraksi dengan kaum kafir, tapi, Allah menegaskan ada satu hal dari Ibrahim yang tidak boleh dicontoh yaitu perbuatan beliau memohonkan ampunan untuk ayahnya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat ketiga yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. Al Mumtahanah: 4, sbb:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”.

Keempat: Dan ketika Allah melarang umat Islam mencontoh perilaku Nabi Ibrahim memohonkan ampunan untuk ayahnya yang kafir, pasti kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Ibrahim tetap memohonkan ampunan untuk ayahnya, padahal itu adalah larangan Allah, maka Allah menjelaskan bahwa permohonan ampunan Ibrahim untuk ayahnya hanya sekedar menunaikan janji yang sudah diucapkannya (dalam QS. Maryam di atas), ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat keempat yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. At Taubah: 114, sbb:

وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥٓ أَنَّهُۥ عَدُوٌّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.

Sungguh, al Quran yang luar biasa.
إنّ في ذلك لعبرةً لأولي الألْبابِ


Jombang, 21 Februari 2020

10 Wasiat KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)

Nasehat Pertama

Seorang yang mencari ilmu hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk.

Nasehat Kedua

Hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.

Nasehat Ketiga

Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan menunda-nunda dan berangan-angan panjang, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.

Nasehat Keempat

Menerima sandang panan apa adanya sebab kesabaran akan kesera kurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, fokuskan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah-hikmah yang terpancar dari sumbernya.

Nasehat Kelima

Pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu. waktu yang paling baik untuk hafalan adalah waktu sahur, untuk pendalaman adalah pagi buta, untuk menulis adalah tengah hari, dan untuk belajar dan mengulangi pelajaran adalah waktu malam. Sedangkan tempat paling baik untuk menghafal adalah kamar dan tempat-tempat yang jauh dari gangguan. Tidak baik melakukan hafalan didepan tanaman, tumbuhan, sungai dan tempat ramai.

Nasehat Keenam

Makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan membuat badan terasa berat untuk belajar.

Nasehat Ketujuh

Bersikap wara` (menjauhi perkara yang subhat `tidak jelas halal haramnya`) dan berhati-hati dalam segala hal. Memilih barang yang halal, seperti makanan, minuman, tempat tinggal dan semua kebutuhan hidup agar hatinya tenang dan mudah menerima cahaya ilmu dan kemanfaatannya.

Nasehat Kedelapan

Mengurangi konsumsi makanan yang menjadi penyebab bebalnya otak dan lemahnya panca indera seperti buah apel yang asam, buncis dan cuka. Begitu juga dengan makanan yang dapat memperbanyak dahak yang dapat memperlambat kinerja otak dan memperberat tubuh seperti susu dan ikan yang berlebihan.

Nasehat Kesembilan

Mengurangi tidur selama tidak berdampak bahaya pada kondisi tubuh dan kecerdasan otak. Tidak menambah jam tidur dalam sehari-semalam lebih dari delapan jam.

Nasehat Kesepuluh

Meninggalkan pergaulan (yang tidak mendidik) karena itu merupakan hal terpenting bagi seseorang yang mencari ilmu, terutama pergaulan dengan lawan jenis.

Demikian itulah 10 nasehat abadi KH. Hasyim Asy`ari yang patut menjadi teladan bagi orang-orang yang mencari ilmu. Dengan nasehat tersebut seraya dilakukan dengan seksama, maka akan menuai hasil yang tidak sia-sia.

Sumber : WAG

Kisah Sahabat Julaibib

*CEMBURU KAH KITA PADA JULAIBIB?*
Oleh: Salim A. Fillah

JULAIBIB, begitu dia biasa dipanggil. Sebutan ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri jasmani serta kedudukannya di antara manusia; kerdil dan rendahan.

Julaibib. Nama yang tak biasa dan tak lengkap. Nama ini, tentu bukan dia sendiri yang menghendaki. Tidak pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan yang mana bundanya. Demikian pula orang-orang, semua tak tahu, atau tak mau tahu tentang nasab Julaibib. Tak dikenal pula, termasuk suku apakah dia. Celakanya, bagi masyarakat Yatsrib, tak bernasab dan tak bersuku adalah cacat kemasyarakatan yang tak terampunkan.

Julaibib yang tersisih. Tampilan jasmani dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya yang jelek terkesan sangar. Pendek. Bungkuk. Hitam. Fakir. Kainnya usang. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur sembarangan berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tak ada perabotan. Minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak. Abu Barzah, seorang pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, ”Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!”
Demikianlah Julaibib.Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tak satu makhlukpun bisa menghalangi. Julaibib berbinar menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaff terdepan dalam shalat maupun jihad.
 Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah dia tiada, tidak begitu dengan Sang Rasul, Sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Sang Nabi, Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.

”Ya Julaibib”, begitu lembut beliau memanggil, ”Tidakkah engkau menikah?”

”Siapakah orangnya Ya Rasulallah”, kata Julaibib, ”Yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?” Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum.

Tak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah juga tersenyum. Mungkin memang tak ada orangtua yang berkenan pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah menanyakan hal yang sama. ”Wahai Julaibib, tidakkah engkau menikah?” Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib kemudian membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. ”Aku ingin”, kata Rasulullah pada si empunya rumah,”Menikahkan puteri kalian.”

”Betapa indahnya dan betapa berkahnya”, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa Sang Nabi lah calon menantunya. ”Ooh.. Ya Rasulallah, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram dari rumah kami.”

”Tetapi bukan untukku”, kata Rasulullah.
 ”Kupinang puteri kalian untuk Julaibib.”

”Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis.

”Ya. Untuk Julaibib.”

”Ya Rasulullah”, terdengar helaan nafas berat. ”Saya harus meminta pertimbangan isteri saya tentang hal ini.”

”Dengan Julaibib?”, isterinya berseru. ”Bagaimana bisa? Julaibib yang berwajah lecak, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta? Demi Allah tidak. Tidak akan pernah puteri kita menikah dengan Julaibib. Padahal kita telah menolak berbagai lamaran..”
Perdebatan itu tak berlangsung lama. Sang puteri dari balik tirai berkata anggun. ”Siapakah yang meminta?” Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.

”Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah lah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku.” Sang gadis shalihah lalu membaca ayat ini; Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata yata. (QS Al Ahzab [33]: 36)

Dan Sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah, *”Allahumma shubba ‘alaihima khairan shabban.. Wa la taj’al ‘aisyahuma kaddan kadda.. Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”*

Doa yang indah.
Sungguh kita belajar dari Julaibib untuk tak merutuki diri, untuk tak menyalahkan takdir, untuk menggenapkan pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tak mudah menjadi orang seperti Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas. Kita juga belajar lebih banyak dari gadis yang dipilihkan Rasulullah untuk Julaibib. Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena kita tahu, mentaati Allah dalam hal yang tak kita suka adalah peluang bagi gelimang pahala. Karena kita tahu, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemah kecil ketidaktahuan. Ia adalah bagian dari kebodohan kita.

Isteri Julaibib mensujudkan cintanya di mihrab taat. Ketika taat, dia tak merisaukan kemampuannya. Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia takkan membebani kita melebihinya. Isteri Julaibib telah taat kepada Allah dan RasulNya. Allah Maha Tahu. Dan Rasulullah telah berdoa. Mari kita ngiangkan kembali doa itu di telinga. ”Ya Allah”, lirih Sang Nabi, *”Limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”*
Alangkah agungnya! Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertaqwa padaNya, Allah akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita. Urusan kita adalah taat kepada Allah. Lain tidak. Maka sang gadis menyanggupi pernikahan yang nyaris tak pernah diimpikan gadis manapun itu. Juga tak pernah terbayang dalam angannya. Karena ia taat pada Allah dan RasulNya.
Tetapi bagaimanapun ada keterbatasan daya dan upaya pada dirinya. Ada tekanan-tekanan yang terlalu berat bagi seorang wanita. Dan agungnya, meski ketika taat ia tak mempertimbangkan kemampuannya, ia yakin Allah akan bukakan jalan keluar jika ia menabrak dinding karang kesulitan. Ia taat. Ia bertindak tanpa gubris. Ia yakin bahwa pintu kebaikan akan selalu terbuka bagi sesiapa yang mentaatiNya.
Maka benarlah doa Sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar yang indah bagi semuanya. Maka kebersamaan di dunia itu tak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang isteri shalihah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya. Julaibib lebih dihajatkan langit meski tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tak terlalu bersahabat kepadanya. Adapun isterinya, kata Anas ibn Malik, tak satupun wanita Madinah yang shadaqahnya melampaui dia, hingga kelak para lelaki utama meminangnya.
Saat Julaibib syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi beliau akan mengajarkan sesuatu kepada para shahabatnya. Maka Sang Nabi bertanya di akhir pertempuran, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”

“Tidak Ya Rasulallah!”, serempak sekali.

Sepertinya Julaibib memang tak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.

“Apakah kalian kehilangan seseorang?”, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.

“Tidak Ya Rasullallah!” Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tak seyakin tadi. Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.Rasulullah menghela nafasnya.

“Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata beliau.

Para shahabat tersadar. “Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di seputaran menjelempah tujuh jasad musuh yang telah dia bunuh.
Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menshalatkannya secara pribadi. Ketika kuburnya digali, Rasulullah duduk dan memangku jasad Julaibib, mengalasinya dengan kedua lengan beliau yang mulia. Bahkan pula beliau ikut turun ke lahatnya untuk membaringkan Julaibib. Saat itulah, kalimat Sang Nabi untuk si mayyit akan membuat iri semua makhluq hingga hari berbangkit. *“Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku. Dan aku adalah bagian dari dirinya.”*

Ya. Pada kalimat itu; tidakkah kita cemburu?

Mendidik anak dengan Keimanan Bukan dengan kekayaan. 

Assalamualaikum 

***

*Cerita hikmah*
Mana yg didahulukan, mendidik anak menjadi sholeh atau pintar….?
Kisah ini layak jadi pertimbangan
Seorang bapak kira-kira usia 65 tahunan duduk sendiri di sebuah  lounge bandara Halim   Perdana Kusuma, menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke Jogja. 

Kami bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. 
Beberapa  menit kemudian ia menyapa saya.

_“Dik hendak ke Jogja juga?”_

_“Saya ke Blitar via Malang, Pak. Bapak ke Jogja?”_

_“Iya.”_

_“Bapak sendiri?”_

_“Iya.”_ 
Senyumnya datar. Menghela napas panjang. _“Dik kerja dimana?”_

_“Saya serabutan, Pak,”_ sahut saya sekenanya.

_“Serabutan tapi mapan, ya?”_ Ia tersenyum. _“Kalau saya mapan tapi jiwanya serabutan.”_

Saya tertegun. _“Kok begitu, Pak?”_
Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja. Di Amsterdam. Di sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia.  Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA. 
Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang, dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, _ia menyeka airmata di kelopak matanya dengan tisue._
_“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya. Semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu duit, duit, dan duit, sampai lalai mendidik anak tentang agama, ibadah, silaturrahmi dan berbakti pada orang tua._
_Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat istri saya menjelang meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS tak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya gara-gara harus meeting dengan koleganya dari Swedia. Sibuk. Iya, sibuk sekali…. Sementara anak bungsu saya mengabari via WA bahwa ia sedang mid – test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang…”_
_“Bapak, Bapak yang sabar ya….”_ 

Tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu. 
Ia tersenyum kecut. 

_“Sabar sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik…_

_Meski telat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup manusia, yakni sangkan paraning dumadi. Bukan materi sebanyak apa pun. Tetapi, dari mana dan hendak ke mana kita akhirnya. Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Di luar itu, semua semu. Tidak hakiki…_  
_Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya….”_
Ia mengelus bahu saya –saya tiba-tiba teringat ayah saya. 

Spontan saya memeluk Bapak tsb…
Tak sadar menetes airmata..

Bapak tua tersebut juga meneteskan airmata…
…… *kejadian ini telah menyadarkan aku, bahwa mendidik anak tujuan utamanya harus shaleh bukan kaya. Tanpa kita didikpun rejeki anak sudah dijamin oleh Tuhan, tapi tidak ada jaminan tentang keimanannya, orang tua yg harus berusaha untuk mendidik dan menanamkannya.*
Di pesawat, seusai take off, saya melempar pandangan ke luar jendela, ke kabut-kabut yang berserak bergulung-gulung, terasa diri begitu kecil lemah tak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya…
_*●HIDUP ITU SEDERHANA SAJA. MENCARI REZEKI JANGAN MENGEJAR JUMLAHNYA TAPI KEJAR BERKAHNYA.*_
*Semoga bermanfaat…*

💐🌷🌹🥀🌻🌼🌸🌺🍄

Cara jitu mendidik anak seperti GUBERNUR SUMBAR, Irwan Prayitno. 

Ayo Mondok, gak mondok gak keren.

Opini Bangsa – Salah satu sosok yang pantas diteladani adalah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. Ditengah kesibukan berbagai aktivitas, Irwan berhasil mendidik putra-putrinya dan tumbuh menjadi penghafal Al-Qur’an.
Berikut ini kisah lengkap perjalanan hidup Gubernur Irwan Prayitno dikutip dari situs irwan-prayitno.com
Masih kuliah S1 di Universitas Indonesia (UI) 1985 lalu, Irwan Prayitno sudah menikah. Tepatnya sekitar 31 tahun yang lalu, di usianya yang ke-22, dia mempersunting seorang wanita bernama Nevi Zuairina. Seorang gadis yang juga mahasiswi di kampus tersebut. Dia mahasiswi semester tiga.
Hampir setahun kemudian, masih kuliah juga, Irwan dikaruniai seorang anak. Sejak itulah dia harus berpikir lebih keras bagaimana mencari nafkah. Semua peluang dimaksimalkan. Mulai dari mengajar SMA-SMA swasta hingga berdakwah dari masjid ke masjid.
Pada 1988 setelah tamat kuliah dia istri serta anak pindah ke Padang, mulai merintis Yayasan Pendidikan Adzkia. Awalnya cuma berupa lembaga kursus. Lama-lama berkembang dan membuka taman kanak-kanak, dan perguruan tinggi. Karena lama membina mengembangkan yayasan, membuat dia semakin mapan, 1995 Irwan melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Universitas Putra Malaysia (UPM) Selangor. Anak dan istri juga dibawa.
Dia juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Seiring berjalan menulis banyak buku. Meraih gelar profesor. Pada 1999 Irwan jadi anggota DPR tiga periode. Periode ketiga dia cuma setahun karena terpilih menjadi gubernur. Sekarang jabatan gubernurnya sudah periode kedua.
Hidup Irwan Prayitno, berpindah-pindah. Sibuk luar biasa. Namun demikian, sepuluh anaknya semua menghafal Al-Qur’an (Hafiz) dan berhasil menduduki bangku perguruan tinggi ternama di Indonesia bahkan di luar negeri.
Bagaimana Irwan Mendidik Anaknya?
Hal menarik dari keluarga Irwan adalah tanpa memiliki pembantu rumah tangga, di tengah rutinitasnya yang begitu sibuk.
Kuliah sambil bekerja, mendirikan yayasan, melanjutkan pendidikan, jadi dosen, jadi anggota dewan, hingga menjadi gubernur.
Bahkan ketika sedang kuliah S2 dan S3 di Malaysia dia sudah memiliki lima anak, tapi sempat juga berdakwah ke London, Inggris. Tugas-tugas perkuliahan dikerjakan di perjalanan, dalam mobil, pesawat dan kereta api.
“Yang penting itu orang tua harus punya rasa tanggung jawab kepada anaknya. Rasa tanggungjawab itu diwujudkan dalam bentuk kepedulian,” tutur Irwan asli Taratak Paneh, Kecamatan Kuranji, Padang itu.
Sesibuk-sibuk apapun orang tua, karena dalam dirinya punya tanggungjawab, pasti dia peduli dengan anaknya. “Menyisihkan waktu untuk ketemu, untuk menelepon, dan SMS, untuk bersamanya. Sesibuk-sibuk apapun,” katanya.
Orang sibuk itu pasti punya rumah tempat dia kembali, istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Walau pulang sudah larut malam, kemudian anak-anak sudah tidur, pasti subuh mereka sudah bangun.
Mereka masih di rumah, sebelum berangkat sekolah. “Kita kan juga ada di rumah. Pasti ketemu tiap hari. Kalau pun dinas ke luar daerah seperti ke Jakarta kan tidak tiap hari,” katanya.
Bangun tidur itu, setelah shalat subuh berjemaah, bisa berbincang-bincang dengan anak. “Kasih nasihat, ya ngobrol apa saja, tentang sekolah dan lainnya,” ujarnya.
Pulang malam juga tidak tiap hari. Kadang sore juga sudah pulang, ketemu juga dengan anak. Jadi, kalau orang bertanggungjawab pas-ti ada pikiran terhadap anak.
“Anak saya di Jakarta. Seminggu sekali saya tugas ke Jakarta. Tidak mungkin dari pagi, siang, hingga malam rapat bersama menteri. Pas malam kan bubar. Saya telepon anak untuk makan malam. Ketemu, ngobrol agak sejam,” katanya.
Itu baru di segi waktu fisik saja, sambung Irwan, sekarang teknologi komunikasi sudah canggih. Sudah ada aplikasi Whatsapp (WA) di HP. “Habis ini saya ingin naik mobil ke Bukittinggi. Dalam perjalanan kalau tidak menelepon, pasti buka WA. Ya udah komunikasi. Jadi setiap saat saya tahu di mana kesepuluh anak saya itu berada, lagi ngapain,” katanya.
“Urusan dengan ibunya ada pula. Kalau urusan minta-minta uang itu sama saya. Uang jajan, uang harian, begitu pun dengan minta isikan pulsa, dan lainnya. Komunikasi terus. pas komunikasi itu nanti masuk pesan, nasehat, jadi terkontrol semua anak-anak saya,” ujarnya.
“Saya punya anak sepuluh yang sudah nikah tiga. Ada yang di UI, IPB lagi ngapain, ada yang kehilangan dompetnya. Yang di UI baru selesai Sabtu lalu, yang di IPB baru ujian tengah semester, yang ekonomi lagi magang, tadi pagi yang SMA kelas tiga dengah ujian,” katanya.
10 anaknya yakni Jundi Fadhlillah pernah kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Jurusan Manajemen dan di Southern New Hampshire University, US.
Kedua, Waviatul Ahdi di Fakultas Kedokteran Gigi UI. Ketiga, Dhiya’u Syahidah di SBM ITB, Westminster University, UK.
Keempat, Anwar Jundi kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB.
Kelima, Atika kuliah di FE UI. Enam, Ibrahim kuliah di Jurusan Teknik Kimia UI. Tujuh, Shohwatul Islah di SMA 1 Padang. Delapan, Farhana di SMA 1 Padang. Sembilan, Laili Tanzila di SMPIT Adzkia. Sepuluh, Taqiya Mafaza di SDIT Adzkia.
Pendidikan Agama
Bagi Irwan dalam mendidik anak itu cuma satu yaitu agamanya. Kalau sudah agamanya dididik, sudah aman, Insya Allah.
“Shalatnya, baca alqurannya, belajar agamanya, ya udah, itu aja. Makanya anak saya ketika di pendidikan dasar dan menengah di pesantren semua,” ujarnya.
Dengan tahu agama mereka jadi baik kepada orang tua. Mereka tahu cara belajar dengan sungguh-sungguh. “Jadi tidak perlu diatur, disuruh-suruh, nggak macam-macam, nggak nakal-nakal. Karena agama semua,” ujarnya.
Istrinya Nevi sampai anak ketujuh murni ibu rumah tangga. Sejak anak kedelapan, sembilan, sepuluh, mulai bisnis. “Ketika yang paling kecil sudah masuk TK, ya ibunya buka restoran 6 buah, minimarket 5 buah, ada bisnis properti. Ada banyak usahanya, macam-macam,” ujar Irwan.
Mencuci baju
Dalam mendidik anak, Irwan tidak ada mengenal kata susah. Susah dan tidak susah itu berasal dari diri sendiri, bukan pada anak-anak. “Kalau diri sudah mengatakan susah, semuanya susah. Hujan kalau hati susah, susah juga. Panas susah saja. Sebaliknya kalau kita menganggap hujan senang, panas senang, kan tidak ada yang susah,” katanya.
Misalnya anak nangis, kalau hati mengatakan susah, ya susah juga. “Tapi kalau saya anak menangis, senang. Alhamdulillah. Ndak apa-apa nangis, namanya anak-anak, biasa. Kalau orang besar nangis itu baru masalah. Kalau kita nggak ikhlas punya anak ya susah semua,” katanya.
Semua dilakukan bersama istri. Tidak mungkin sendirian, soalnya tidak ada pembantu. “Minimal saya cuci baju, istri saya memasak. Antar jemput sekolah saya. Ketika sudah di DPR baru pakai sopir. Tapi sebelum di DPR, di sini (Padang) saya antar jemput anak sekolah. Pakai motor atau mobil,” katanya.
Setelah panjang wawancara, jam sudah menunjukkan pukul 16.10 WIB.
“Apalagi, cukup?” kata Irwan yang terlihat hendak mengakhiri pembicaraan.
“Kalau masih ada nanti ditelepon saja. Bisa, nanti saya sisihkan waktunya,” kata Irwan sambil bersiap berangkat ke Bukittinggi. [opinibangsa.id / imi]

[beritaislamterbaru.org]
“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali” [Imam Syafi’i]
#pesantren quran ElTahfidh 

#smpitalquraneltahfidh

#eltahfidh

#AlQuran

Aturan Baru BPJS


INFO UNTUK PESERTA BPJS MANDIRI 

1. Sistem pembayaran BPJS mandiri mulai September 2016 1 no virtual account berlaku untuk 1 keluarga (sesuai jumlah anggota keluarga yang tertera pada KK.

👉Bila ada anggota keluarga menunggak, maka keluarga akan terkena dampaknya. 

👉👉Peserta diwajibkan membayar BPJS, karena tagihan BPJS dan denda tetap berjalan mesti kartu BPJS tidak aktif. Jadi jangan kaget kalau cek tagihan bisa sampai jutaan. Digunakan atau tidak BPJS, tetap wajib bayar. 

👉👉👉Jumlah bulan tertunggak maksimal 12 (dua belas) bulan. 

👉👉👉👉Besar denda paling tinggi Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). 

👉👉👉👉👉Tagihan BPJS akan berhenti jika meninggal dengan SYARAT melaporkan ke BPJS dan melunasi tunggakan jika ada. 
2. Perpres RI Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pasal 6 ayat 1 dinyatakan bahwa, kepesertaan Jaminan Kesehatan BERSIFAT WAJIB dan mencakup seluruh penduduk Indonesia sehingga TIDAK ADA proses penghentian keanggotaan JKN. Peserta HANYA BISA berhenti ketika data kematian atau meninggalnya peserta BPJS dilaporan dan masuk data base BPJS. 
3. Sanksi bagi yang tidak memiliki BPJS tidak akan mendapat layanan publik. Lihat Peraturan Presiden no 86 tahun 2013 pasal 9. Layanan publik di maksud meliputi

👉 SIM

👉👉 STNK

👉👉👉Sertifikat tanah

👉👉👉👉 paspor

👉👉👉👉👉 IMB

Sanksi akan berlaku 1 JANUARI 2019.
Bantulah share postingan ini agar teman dan keluarga kita mengetahui. Terima kasih.